F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari.
Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari.
Catatan: Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
G. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil. |
H. Partikel
1. | Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. |
Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik. | |
2. | Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. |
Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus. | |
Catatan: Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai. Misalnya: Adapun sebab-sebabnya belum diketahui. | |
3. | Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. |
Misalnya: Harga kain itu Rp 2.000 per helai. |
I. Singkatan dan Akronim
1. | Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2. | Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Catatan: Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:
1. Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazin pada kata Indonesia
2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
J. Angka dan Lambang Bilangan
|
IV. Penulisan Huruf Serapan
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
- Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffle.
- Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi a | ||
octaaf | oktaf | |
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e | ||
aerobe | aerob | |
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e | ||
haemoglobin | hemoglobin | |
ai tetap ai | ||
trailer | trailer | |
rh menjadi r | ||
rhapsody | rapsodi | |
y menjadi i jika lafalnya i | ||
yttrium | itrium | |
z tetap z | ||
zygote | zigot |
Konsonan ganda
Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya: accu | Aki |
Catatan
- Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah
- Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu digunakan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
Akhiran asing
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia.
-aat (Belanda) menjadi -at | ||
advokaat | advokat | |
-age menjadi -ase | ||
percentage | persentase | |
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika | ||
logic, logica | logika | |
-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik | ||
electronic, electronisch | elektronik |
V. Pemakaian Tanda Baca
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya:
b. | 1. | Patokan Umum | ||
1.1 | Isi Karangan | |||
1.2 | Ilustrasi | |||
1.2.1 | Gambar Tangan | |||
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
8. Tanda titik tidak dipakai di belakang
(1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.
(2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya: 1 April 1985 (tanpa titik)
No comments:
Post a Comment