Rangkuman Pedoman Umum EYD Bagian 3

B. Tanda Koma (,)
1.    Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
    Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
2.    Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
    Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
3a.    Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
    Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
3b.    Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
    Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
4.    Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
    Misalnya: ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
5.    Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
    Misalnya: O, begitu?
6.    Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
    Misalnya: Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
7.    Tanda koma dipakai di antara
(i) nama dan alamat,
(ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
   
8.    Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
    Misalnya: Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
9.    Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
    Misalnya: W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
10.    Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
    Misalnya: B. Ratulangi, S.E.
11.    Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
    Misalnya: 12,5 m
12.    Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
    Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
   
13.    Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
    Misalnya: Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
   
14.    Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
    Misalnya: "Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.
C. Tanda Titik Koma (;)
1.    Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
    Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2.    Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
    Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar".
D. Tanda Titik Dua (:)
1a.    Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
    Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
1b.    Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan
    Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
2.    Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
    Misalnya: a.    Ketua
Sekretaris
Bendahara     :
 :
 :    Ahmad Wijaya
S. Handayani
B. Hartawan


3.    Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
    Misalnya:
    Ibu     :    (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"
Amir     :    "Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)
       

4.    Tanda titik dua dipakai:
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
    Misalnya: Surah Yasin:9
E. Tanda Hubung (–)
1.    Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.
    Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada ju-
ga cara yang baru.
   
   
2.    Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
    Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.

   
3.    Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
    Misalnya: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.
   
4.    Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
    Misalnya: p-a-n-i-t-i-a
5.    Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas
(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
    Misalnya: ber-evolusi
    Bandingkan dengan: be-revolusi
6.    Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
(ii) ke- dengan angka,
(iii) angka dengan -an,
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(v) nama jabatan rangkap
    Misalnya: se-Indonesia
7.    Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
    Misalnya: di-smash
F. Tanda Pisah (—)
1.    Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
    Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2.    Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
    Misalnya: Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta.
3.    Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'.
    Misalnya: 1910—1945
Catatan: Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
G. Tanda Elipsis (...)
1.    Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
    Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2.    Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
    Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
H. Tanda Tanya (?)
1.    Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
    Misalnya: Kapan ia berangkat?
2.    Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
    Misalnya: Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
I. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:  Alangkah seramnya peristiwa itu!
J. Tanda Kurung ((...))
1.    Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
    Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2.    Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
    Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
3.    Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
    Misalnya: Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4.    Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
    Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
K. Tanda Kurung Siku ([...])
1.    Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
    Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2.    Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
    Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
L. Tanda Petik ("...")
1.    Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
    Misalnya: "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
2.    Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
    Misalnya: Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
3.    Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
    Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
4.    Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
    Misalnya: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
5.    Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
    Misalnya: Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
Catatan: Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
M. Tanda Petik Tunggal ('...')
1.    Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
    Misalnya: Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
2.    Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)
    Misalnya: feed-back 'balikan'
N. Tanda Garis Miring (/)
1.    Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
    Misalnya: No. 7/PK/1973
2.    Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
    Misalnya: dikirimkan lewat darat/laut    (dikirimkan lewat darat atau laut)
   

O. Tanda Penyingkat (Apostrof) (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya: Ali 'kan kusurati.    ('kan = akan)

No comments:

Post a Comment